Materi tentang Pembangunan Regional
Berdasarkan
berita yang saya dapat dari koran Media Indonesia edisi Minggu 10 November 2013
yang berjudul “Targetkan Swasembada Padi
Kementan Luncurkan Dua Mesin”. Di dalam berita ini dipaparkan bahwasannya
Kementrian Pertanian (kementan) menargetkan produksi padi mencapai surplus 40
juta ton dengan meluncurkan dua mesin yaitu mesin tanam Jarwo Transplanter dan mesin panen Combine Harvester. Mentri pertanian menyebutkan bahwa mesin tanam
padi mampu menggantikan 20 tenaga kerja tanam per hektare, sedangkan satu unit
mesin panen bias memanen padi seluas 4 – 6 hektare (Ha) per hari. Menteri
pertanian Suswono berharap alat ini, dapat diproduksi secara missal dan para
pengusaha diharapkan bisa berinvestasi pada proyek tersebut. Berbeda dengan
Ketua Umum Serikat Petani Indonesia (SPI) Henry Saragih yang mengatakan bahwa
kedua mesin tersebut memang bisa meningkatkan produksi padi, namun hal tersebut
bukanlah yang seharusnya menjadi prioritas. Ketua SPI menyebutkan dilihat dari
banyaknya petani gurem di Indonesia, proyek yang diluncurkan mentan bisa saja
menimbulkan angka pengangguran yang besar. Maka menurutnya proyek kedua mesin
tersebut akan optimal bila disertai dengan pembagian lahan bagi keluarga
petani.
Berkaitan
dengan materi kita tentang pembangunan regional yang mana menurut (Sumaatmaja, 1989: 49), Pembangunan
regional adalah usaha meningkatkan kualitas kehidupan maupun kualitas
lingkungan, sektor dan jangkauannya sangat luas. Berdasarkan pengertian
pembangunan regional menurut Sumaatmaja, dapat kita ambil pengertian juga bahwa
pembangunan regional itu merupakan upaya pemerintah nasional dalam meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat luas dalam wilayah regionnya.
Menurut saya, sesuai dengan
pengertian pembangunan regional itu sendiri apabila kita kaitkan dengan
informasi yang saya dapat dari Koran MI, saya lebih setuju kepada pendapat
ketua SPI bahwasannya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat nasional
kita lebih dulu perlu melihat kondisi nyata dari para petani Indonesia yang
umumnya memang tidak memiliki lahan garapan sendiri. Jika seandainya kedua
mesin yang diluncurkan mentan memang harus diproduksi massal, maka para petani
gurem harus diapakan nasibnya?. Demi mencapai pembangunan regional itu sendiri
maka akan lebih baik mentan mendahulukan pembagian lahan untuk keluarga petani,
terutama petani gurem sehingga apabila hal itu telak dilaksanakan, upaya
peluncuran kedua mesin akan optimal sesuai dengan yang disampaikan oleh ketua
SPI Henry Saragih.