-->

Individual Differences in “The Teaching Gap” Oleh : Rahmi Fitri


Pendidikan memang menjadi perhatian besar bagi setiap bangsa-bangsa dalam menginvestasikan sumber daya manusianya di masa depan. Setiap Negara menginginkan yang terbaik bagi cita-cita bangsanya di kemudian hari. Sama halnya dengan Negara kita Indonesia, Indonesia sebagai Negara yang masih diposisikan sebagai Negara berkembang memang wajib memberikan perhatian besar dalam dunia pendidikannya. Kita lihat saja dari Data IPM tahun 2012, Indonesia menempati urutan ke-111 dari 182 negara yang ada dengan urutan ke-110 adalah Palestina Negara yang saat ini sedang dalam konflik (Sumber:Wikipedia). Bayangkan saja bagaimana rendahnya Indeks Pembangunan Manusia Indonesia? Maka dari itu, Indonesia memang harus memberikan sesesuatu yang berarti untuk dunia pendidikan.

Dalam matakuliah Micro-teaching di program studi pendidikan Geografi UNP yang mewajibkan kita memiliki buku “The Teaching Gap”, ini adalah sesuatu yang berarti diberikan oleh bapak Nofrion,S.Pd, M.Pd untuk kita mahasiswa sebagai bahan perhatian dan penelaahan terhadap bagaimana menjadi guru yang baik dan benar. Sebagaimana yang sering diucapkan beliau bahwasannya guru itu adalah seseorang yang harusnya dapat diGUgu dan ditiRU (GURU). Melalui buku ini beliau berusaha membuka mata kita para calon guru masa depan Indonesia untuk memperbaiki pendidikan yang selama ini terasa semrawut terutama dalam pelaksanaannya. Dan upaya beliau ini memang memberikan dampak yang besar bagi saya pribadi terhadap bagaimana seorang guru itu memang menjadi penerang dalam kegelapan dalam artian bukan seperti lilin yang menghancurkan dirinya sendiri (seperti yang beliau katakan disaat perkuliahan minggu lalu) namun memang benar-benar penerang dalam kegelapan. Maka dari itu, ini sedikit tulisan yang saya dapat dari sedikit membaca buku The Teaching Gap hal.94 – 95.

Dalam bab Teaching is a Cultural Activity, saya menemukan poin Individual Differences, walau masih belum membaca halaman sebelumnya namun perhatian saya tertarik dengan dua suku kata ini. Pada halaman ini digambarkan perbedaan pandangan dari guru di Amerika dengan guru di Jepang. Guru di Amerika menganggap bahwa perbedaan individu merupakan sebuah rintangan dalam mengefektian pengajaran. Menurut mereka perbedaan tingkat prestasi dan kemampuan siswa membutuhkan instruksi berbeda pula sesuai dengan kebutuhan mereka, sehingga belajar melalui tutor menjadi hal terbaik dalam pembelajaran mereka. Berbeda dengan pandangan guru di Jepang yang sebaliknya menganggap bahwa justru dengan perbedaan individu inilah yang menjadi manfaat dalam proses dan pengefektifan pembelajaran, dimana dari perbedaan individu ini mereka dapat menemukan ide dan solusi yang banyak mencakup diskusi dan pemikiran yang timbul dari siswa dalam mempelajari sesuatu hal. Dan bagi guru Jepang, perbedaan dalam suatu kelompok adalah sangat bermanfaat bagi mereka karena hal tersebut membuat guru dapat merencanakan pembelajaran lebih baik dan lebih lengkap lagi dari sebelumnya. Dan tentu saya sangat setuju dengan penulisnya mengenai ini:

“Not all students will be prepared to learn the same things from each lesson, and the different methods that are shared allow each student to learn some things”.

“ tidak semua siswa disiapkan mempelajari hal yang sama dalam setiap pelajaran, dan metode berbeda yang dibagi memberikan setiap siswa tersebut untuk mempelajari beberapa hal”.

Pemikiran saya tentang kalimat ini adalah bahwasannya setiap individu itu hadir dengan takdir yang berbeda, setiap kita tidak disiapkan untuk mempelajari hal yang sama namun dengan adanya saling berbagi, setiap kita bisa mendapatkan beberapa hal yang bahkan lebih dari apa yang harus kita pelajari dalam suatu pelajaran. Melalui perbedaan individu inilah efektifitas mengajar guru dapat diperbaiki dan direncanakan lebih baik lagi agar pelajaran yang dipelajari siswa benar-benar dipelajari bukan diketahui.

Serta terkait dengan LSLC yang diterapkan pak Dion di kelas micro-teaching kita, saya pikir beliau terinspirasi dari pandangan guru Jepang dalam menilai perbedaan individu siswa sebagai manfaat penting dalam efektifitas pengajaran maupun pembelajaran. Dengan perbedaan itulah siswa dapat belajar antar mereka sehingga terjadilah hubungan alami  dimana mereka saling membutuhkan satu sama lain, serta memahami perbedaan mereka dalam pengalamannya mengenai persoalan duniawi (sophistication).

Dari yang saya dapatkan ini, maka timbul suatu pertanyaan dalam diri saya, bagaimanakah dengan guru Indonesia selama ini ?? dimana kita sendiri mengalami dalam kelas maupun yang kita saksikan terhadap perbedaan individu ini???? Dan saya pun menjawab sendiri dari apa yang saya saksikan bahwa selama ini guru Indonesia kebanyakan mengadopsi pandangan guru Amerika yang membedakan pengajaran terhadap kemampuan individu yang berbeda, di mana kita dapat menemukan lokal unggul atau lokal bilingual atau sekolah unggulan sekalipun di setiap wilayah NKRI. Memang efektif untuk siswa yang memiliki kemampuan unggul, namun ini dapat mematikan mental mereka yang dibilang belum termasuk unggul. Lalu apa yang harus guru lakukan terhadap peristiwa ini? Bagaimana guru seharusnya bertindak??

Selanjutnya pertanyaan ini, saya tunggu jawabannya dari calon guru masa depan Indonesia…

Artikel ini saya buat pada 29 September 2014


LihatTutupKomentar